Lelaki yang memiliki empat anak itu sudah pensiun dari pekerjaanya sebagai bunker service Pertamina di Tanjung Priok. Sudah hampir setahun ini dirinya tinggal di Rusunawa tersebut. "Foto rumah saya menjadi kenangan yang selalu saya simpan," kata Denli dalam perbincangan Selasa (18/10/2016).
Dulu dia mengaku memiliki rumah seluas 200 meter persegi di Kampung Pulo dengan luas bangunan 13 x 13 meter persegi. Denli tinggal bersama empat anaknya, dua di antaranya telah menikah.
"Rumah itu saya bangun dengan susah payah dan dalam waktu sekejap rata jadi tanah oleh Beckho. Dapat gantinya hanya Rusunawa ini, tapi kalau saya bilang ini bukan pengganti tapi ini kontrakan," paparnya.
Setelah pensiun, kini untuk menutupi biaya hidup dia berdagang es kelapa di Rusun. "Saya pikir kok seperti ini nasib, pensiun kerja dapat rumah kecil dan harus tinggal bertumpuk. Yang seharusnya tinggal nyantai di usia senja. Waktu itu (setelah digusur) bicara dengan istri kita harus jalankan saja dulu walau pun dengan sangat terpaksa karena tidak ada pilihan," bebernya.
Tidak terpikir dalam benak Denli setiap bangun tidur harus memikirkan sisihkan uang Rp 10 ribu perhari di masa tuanya. Uang itu pun digunakan untuk bayar sewa Rusun.
"Sekarang begitu melek mata, ini selalu berpikir bagaimana cara dapat duit untuk sewa, belum lagi bayar listrik dan air," kata Denli.
Hingga satu peristiwa yang tidak dibayangkan terjadi, anak bungsunya Irgi yang sekarang kelas 2 SMP harus putus sekolah. Hal itu dikarenakan tidak ada kesanggupan untuk mencari uang dari mana.
"Jujur saya sedih, anak saya putus sekolah semenjak pindah ke sini, sedangkan kakaknya yang kelas 1 SMA harus jadi buruh di toko. Yang membuat saya sedih ketika anak saya yang bungsu minta bilang ke saya 'Papa udah tua harus nyari duit dengan dagang es kelapa, sekarang biar Irgi berhenti dulu, Irgi kerja aja di warnet'. Batin nggak bisa dibohongi, Gimana rasanya selaku orang tua. Saya ini memang tidak gampang menangis tapi hati meringis dengar omongan anak seperti itu," paparnya.
Ketika disinggung soal KJP sebagai kompensasi, Denli mengaku tidak pernah membuat. Lantaran ketika pembagian KJP di Kampung Pulo dirinya masih sanggup untuk nafkahi anak dan istrinya.
"Waktu itu saya masih kerja. Saya juga tidak ngajuin karena sadar kalau peruntukan KJP untuk masyarakat tidak mampu, Cuma saya tidak nyangka kalau kondisi saya menjadi seperti ini setelah digusur. Saya sendiri sebetulnya sepakat dengan program gubernur karena sangat membantu khususnya bagi masyarakat tidak mampu demi jenjang pendidikan," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment