Awal karier Son tidaklah mudah. Karena bertekad untuk mewujudkan mimpinya bermain di Eropa, Son nekat meninggalkan Korea Selatan pada usia 16 tahun. Ketika itu, dia tidak bisa berbahasa Inggris --apalagi berbahasa Jerman.
Son bergabung dengan tim junior Hamburg SV tanpa ada seorang pun yang dia kenal di sana. Kendala bahasa juga membuatnya benar-benar merasa kesepian dan seringkali rindu kampung halaman. Namun, ia melihat sisi positifnya; keadaan tersebut membuatnya membumi.
Son juga mengaku bersyukur, orang-orang di sekelilingnya bersedia membantunya. Setelah beberapa bulan di Jerman, dia akhirnya bisa berbahasa Jerman. Sampai kemudian dia sukses menembus tim utama Hamburg pada tahun 2010.
Pada Januari 2010, Hamburg mendatangkan Van Nistelrooy dari Real Madrid. Striker asal Belanda itu langsung terpana melihat Son, ketika nama yang disebut terakhir itu melakoni latihan perdananya.
"Ruud van Nistelrooy banyak membantu saya," ungkap Son seperti dilansirESPNFC.
"Dia melihat saya di latihan perdana saya dan langsung berbicara kepada saya. Dia bilang, saya adalah pemain bagus. Dia membuat saya percaya diri dan saya ingin berterima kasih kepadanya."
"Begitu juga dengan Rafael van der Vaart, dia juga membantu saya. Dia memberitahu saya banyak hal soal sepakbola Inggris dan betapa beratnya sepakbola di sana. Saya masih muda waktu itu dan saya mencoba mempelajari apa pun yang dia katakan," ucap pemain berusia 24 tahun ini.
Son bermain selama tiga musim untuk Hamburg, di mana dia tampil sebanyak 73 kali di Bundesliga dan mencetak 20 gol. Pada 2013, dia pindah ke Bayer Leverkusen, di mana dia mencetak 21 gol dalam 62 penampilan.
Kini, Son menemukan rumah baru di Spurs. Tidak ada lagi kata homesickkarena ia sudah fasih berbahasa Inggris dan kedua orang tuanya pun ikut tinggal bersamanya di London.
No comments:
Post a Comment