Tuesday, September 20, 2016

Warung Gratis untuk Duafa yang Sempat Dikira Tim Sukses Pilkada


MAIN POKER ONLINE KLIK DISINIGerakan sosial dari suatu komunitas selalu membawa inspirasi bagi masyarakat luas. Banyak hal positif yang terlihat, terdengar hingga akhirnya bisa dipelajari dan ditiru. Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Mari Berbagi Jember yang menyediakan sarapan gratis setiap hari Jumat untuk kaum duafa.

Founder sekaligus Ketua Komunitas Mari Berbagi Jember Siti Dwiana Atmawati (34) menuturkan pengalamannya pada awal pembentukan komunitas yang dibentuk pada Mei tahun 2015 itu.

"Awalnya hanya kegiatan saya pribadi bersama beberapa teman-teman saya. Dengan hanya menyediakan 10 bungkus nasi. Modalnya cuma Rp 50.000 waktu itu. Tetapi setelah diketahui orang lebih luas, banyak yang ikut bergabung menjadi anggota," kata perempuan yang biasa dipanggil Wiwin itu, Selasa (20/9/2016).


Menurut dia, konsep awal pemberian sedekah berupa nasi gratis dilandasi karena seluruh anggota komunitas merupakan ibu-ibu rumah tangga. Ia berpikir, sedekah yang paling gampang dilakukan oleh ibu rumah tangga yakni memberikan makanan kepada orang lain.

"Tiap hari ibu rumah tangga kan memasak. Kami mengajak untuk menyisihkan sedikit makanan untuk diberikan kepada kaum duafa. Saya kira hal itu lebih mudah dibandingkan dengan menyisihkan sebagian uang," ucap Wiwin yang memiliki usaha katering kue dan nasi kotak di salah satu perumahan Kecamatan Kaliwates ini.

Setiap hari Jum'at, komunitas ini berkumpul di tepi jalan Trunojoyo. Terlihat stand bertuliskan 'Warung Sedekah Gratis Untuk Kaum Dhuafa' di sana. Setelah mempersiapkan semuanya, tepat pukul 10.00 WIB, Wiwin dkk melayani kaum duafa yang mampir ke warungnya itu.

"Awalnya kami membagikan kupon pada kaum duafa yang kami kenal di sekitaran warung saja. Sasarannya yaitu tukang becak, pemulung, kuli angkut pasar, loper koran, tukang sampah, pedagang kecil, ojek dan sopir angkot. Tapi sekarang sudah tidak pakai lagi. Kami sudah memasang tulisan 'Gratis untuk dhuafa'. Orang yang mampu juga kan pasti malu kalau ikut minta makan gratis juga," paparnya.


Satu tahun terbentuk, saat ini komunitas ini telah berkembang. Jika awalnya hanya membagikan sekitar 10 bungkus nasi. Saat ini pihaknya bisa menghabiskan antara 300-450 porsi untuk dhuafa.

"Sebelumnya, kami juga memasak sendiri. Tetapi karena sekarang (nasi bungkus) yang dibuat banyak, kami mempekerjakan tukang masak khusus. Kami kini juga sudah memiliki sekitar 100 anggota yang berada di komunitas, donatur termasuk ada di dalamnya," tuturnya.

Selain memberikan sarapan gratis di tepi Jalan Trunojoyo, pihaknya juga turun langsung ke beberapa lokasi, seperti di Terminal, Pasar Tradisional, Rumah Sakit hingga ke beberapa sekolah. Mereka menyebutnya dengan istilah On The Road.

Mengenai pendanaan, dari awalnya murni menggunakan uang pribadi, kini donatur yang menyumbang semakin banyak. Bahkan, setiap bulan pihaknya bisa mengumpulkan sumbangan donatur antara Rp 7 juta sampai Rp 8 juta.

"Ada yang menyumbang pakai uang dengan memberikan secara langsung, ada juga transfer. Bahkan ada yang menyumbangkan dalam bentuk beras, sayur dan lauk pauk. Semua kami terima untuk kepentingan duafa," kata perempuan kelahiran Kabupaten Bondowoso itu.

Menu makanan yang diberikan bervariasi setiap pekannya, mulai dari nasi pecel, nasi jagung, sayur asem dan sayur sop. Pemilihan menu diganti secara periodik sehingga 'penerima layanan' tidak merasa bosan dengan hanya satu menu makanan saja.

Di samping itu, Wiwin juga mengisahkan beberapa respons masyarakat yang unik terhadap komunitasnya tersebut. Kejadian unik yang terjadi mulai dari warungnya yang disangka warung makan komersil (berbayar), hingga tuduhan bahwa Komunitasnya itu adalah salah satu tim sukses pasangan calon dalam Pilkada 2015 lalu.

"Pernah ada orang minta makan tetapi pakaiannya rapi. Mungkin dia tidak melihat tulisan 'Gratis untuk Dhuafa' di depan stand. Kami tetap melayani. Setelah makan, dia tanya harga makanannya berapa? Saya jawab gratis. Lalu orang itu pun membayar seikhlasnya dan memasukkan uang ke kotak amal yang telah kami sediakan. Uang itu kembali kami manfaatkan untuk pekan selanjutnya," katanya.


Selain itu, dikarenakan Kabupaten Jember menjadi salah satu daerah yang menggelar Pilkada serentak tahun 2015 lalu, gerakan sosialnya ini juga pernah dianggap sebagai gerakan politis untuk kepentingan kampanye.

"Ada yang mengira bahwa kami ini Tim Sukses atau simpatisan yang bagi bagi nasi bungkus untuk keperluan kampanye Pilkada. Padahal, itu tidak benar. Itu kami buktikan pasca Pilkada hingga sekarang tetap konsisten menggelar aksi sosial yang sama," paparnya.

"Kami menegaskan bahwa komunitas ini meninggalkan seluruh unsur yang berbau politik itu. Ini murni gerakan menerima (dana dari donatur) dan menyalurkannya kepada kaum Dhuafa," lanjutnya.

Dengan berbagai pengalaman selama satu tahun itu, dia berharap, ke depan komunitas Mari Berbagi Jember bisa lebih berkembang. Dia berkeinginan agar komunitasnya ini bukan hanya menjadi penyalur dana dari donatur, melainkan juga memberikan ilmu dan ikut memberdayakan ekonomi kaum duafa.

"Kalau hanya makanan kan langsung habis. Kami ingin ke depan bisa memberdayakan kaum duafa dengan memberikan pelatihan ekonomi dan pemberian modal usaha. Sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi. Hitung hitung ikut memberdayakan ekonomi masyarakat kecil. Itu masih butuh proses dan waktu. Tetapi kami hingga kini masih berjuang ke arah sana," tukasnya.





No comments:

Post a Comment