MAIN POKER ONLINE KLIK DISINI - Salah satu perdebatan yang muncul di internal PDIP sebelum menentukan cagub-cawagub DKI adalah memprioritaskan kader. Doktrin itu lantang disuarakan PDIP dan berlaku untuk setiap proses pencalonan di berbagai tingkatan, termasuk DKI.
Adalah 28 kursi DPRD DKI yang artinya bisa usung cagub sendiri, berstatus sebagai parpol petahana juga parpol pemenang pemilu, klaim punya segudang kader terbaik, dan faktor lainnya yang membuat PDIP tak punya alasan selain mengusung kader sendiri di Pilgub DKI.
Nama Tri Rismaharini, Ganjar Pranowo, Djarot Saiful Hidayat dan kader terbaik PDIP lain kemudian bermunculan sebagai cagub di bursa pencalonan. Tapi perdebatan kader itu berubah semuanya dalam pertemuan 80 menit malam tadi di kediaman Megawati.
"Tetap Ahok-Djarot," ucap ketua DPP PDIP Hamka Haq membocorkan hasil pertemuan di kediaman Megawati, sebelum PDIP mengumumkan pasangan calonnya.
Dalam pertemuan antara Ahok-Djarot dan elite PDIP itu juga terungkap ternyata Megawati tak mensyaratkan Ahok harus menjadi kader PDIP, meski kabarnya Mega sangat ingin Ahok menjadi kader.
Tak hanya itu, Megawati juga tak mensyaratkan mahar atau kontrak politik yang sifatnya transaksional kepada Ahok. Mega hanya menyodorkan naskah yang disebut sebagai Dasa Prasetya PDIP, yaitu 10 butir konsesus PDIP dalam membangun negara.
"Kasih lihat ini (sambil mengeluarkan kertas dari kantong). Tahu enggak, apa yang mau diperjuangin PDIP? Dasa Prasetya PDI Perjuangan. Udah gue (saya) lakukan kayak begini sih. Udah gue lakuin kayak begini bebas biaya berobat, pendidikan," kata Ahok soal pertemuan dengan Mega malam tadi.
Lalu apa yang membuat Megawati begitu murah hati memberikan tiket pencalonan kepada Ahok yang bukan kader PDIP?
Sekjen PDIP Hasto Kristyanto sering menyebut dalam mengambil keputusan, Megawati sangat mengedepankan kepentingan rakyat, sehingga memutuskan cagub yang sesuai kehendak rakyat.
Alasan lain diungkap politisi PDIP Maruar Sirait yang menyebut bahwa hubungan dan komunikasi Ahok dengan Megawati sangat baik. Kedua, meskipun diterpa oleh barbagai isu, mulai dari isu korupsi, isu SARA, dan isu cara komunikasi yang dinilai kasar, namun elektabiltas Ahok tetap tinggi.
Alasan ketiga, kinerja Ahok nyata sehingga elektabiltasnya tetap terjaga. "DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Jokowi-Ahok, dan kemudian diteruskan Ahok-Djarot telah mengalami perubahan ke arah positif," ucap Ara.
Tentu masih banyak alasan lain yang menjadi 'post vactum' DPP PDIP membenarkan keputusannya mengusung bukan kader sebagai cagub DKI. Namun di luar itu, ada tampaknya ada alasan lain yang sejak awal hampir tak terbantahkan Mega akan mengusung Ahok.
"Secara pribadi Ibu Mega sayang ke Pak Ahok," kata Hasto kepada wartawan di Bumi Perkemahan Cibubur, Jaktim, Jumat (19/8/2016).
Baca juga: 'First Cake' Megawati dan Tiket Pencalonan untuk Ahok
Pasangan Ahok-Djarot siang ini akan didaftarkan resmi oleh PDIP dan 3 parpol pendukung lain yaitu Golkar, NasDem dan Hanura ke KPU DKI. Koalisi ini mengantongi 52 kursi atau paling banyak dari kursi yang tersedia di DKI.
No comments:
Post a Comment